Jumat, 10 September 2010

Menjadi Gerimis

yang datang dan pergi selalu berulang

lalu apa rasanya menjadi gerimis?
tak lebih perempuan ini,
hanya bisa menyatu bersama dingin di ujung jemari
melayangkan imajinya pada sebuah melankolia
: keinginan

lalu tergenang, pada sajaksajak tentang gerimis
pada tetes demi tetes risalah hari yang kian basah
mengerang lelah penjuru hati, berpacu degup jantung
dan nanar tatap seakan terpenjara butiran yang jatuh
dari cakrawala kelabu
: seperti rindu

"lalu jika aku menjadi gerimis, maka aku adalah sebuah kebersamaan yang mengecup rindu menjadi berdenyut di penghujung hari bulan Juni. Melengkapi sejauh senyap berbisik kata nurani yang tersudut di gigil waktu"

begitu hangat bukan?


Bandung, 30 Juni 2010 *and thanks God untuk setiap indahnya tetes gerimis, di ujung hari. ^^
@ my room, ditemani musik instrumental Yiruma-kiss the rain (bella lullaby)

#thanks to Dimas "nugi" Suruwangi, membuat aku melayangkan jariku atas status fesbukku (ternyata jadi sebuah puisi , dan ini jawabanku ^^, mangap jika tak semulus bisanya, jemariku sedang agak kaku hehehe )

celoteh malam: hanya "sedikit" meracau

: kelam

setiba aku menelisik harap aku malah berpaling
masa nanti berkata dalam igau,
buihbuih yang meracau
bahkan tak lebih baik
dari caci maki

risaupun tiris di tepian senyap
menunggu terjamah
entah pada apa

dan, ku tunjuk saja rindu
: pada cemas, kurengkuh

tergugu pembilang hari, manalah ada yang abadi
: dari janji


(entah mengapa jadi mengingat seluruh pesan2 mu, dan kau benar)

Bandung, 27 Juni 2010
22.06 @my darkness room >.<

cukup tentang kasih


Sebagian diriku bertanya kala lonceng kegelapan berdentang tetang irama kesepian

Sesekali aku tercenung pekat kala menjabarkan alinea terdalam dari kata hati; dan kutahu itu benar, takkan kupungkiri adanya.

Ratap gelisah sesekali lewat, terkadang merapat di gigir waktu yang sempit sambil menuliskan beberapa tambahan keinginan, terkadang lebih bening daripada sebuah kejujuran – aku menginginkannya

Tapi apa yang akan tersisa dari masa kini ketika masa depan mengawangkan awanawan mimpi, beberapa alasan tentang harapan dan janji, tentang pertautan dua jemari. Benarkah kau? Benarkah itu aku?

Aku, hanya seorang perempuan yang tak ingin alpa tentang kata dari sebuah kesederhanaan, sekeping hati tersunyi persembahan keindahan, titipan kehidupan – meniadakan segala alasan, cukup tentang kasih.


Bandung, 25 Juni 2010 still@my darkness room ^^

MIssing Silence

















Perempuan rebah,
terjatuh pelupuk mata terusik
antara deru rindu dan rasa kantuk

Dia menandangi langit2 kamar,
menerawang seakan layangkan batin yg sedang meronta

Perempuan itu kehilangan hening,
meriuh gundah pada hari yg termatrai
hati di sebidang kata mati...

: sunyinya katakata

bandung, 22 juni 2010

menepi


Ada bagian jiwa, terendap di bening tempias menuju dini hari. Dan, kubawa yang terindah dari sepi sekeping rindu yang paling sunyi untuk kupeluk selalu dalam lambung kenangan - ku kecup jarak untuk sejauh masa bergulir

:padaku, romansa gerimis berujar tentang kesetiaan hening yang tak sempurna

Bandung, 22 Mei 2010

Kamis, 09 September 2010

Bahasa Rindu


Ada jeda, membendung tak terkira hasrat yang tesudut di ujung lidah. Serupa hari kemarin alpa membaca catatan terjatuh, antara realita titik koma dan ejaan : bahasa rindu yang terlupa, kita.

Bandung, 14 Juni 2010 @my darkness room, mengeja rasa kantuk

hanya sebuah celoteh sebelum tidur

setiap orang berhak mencari bahagianya sendiri, bahkan pemikirannya sendiri. entah dia ingin melupakan begitu saja semua yang terjadi seperti angin lalu.
setiap orang berhak menilai aku dari sudut pandang mereka, dan dari apa yang mereka tau , atau pun mereka merasa tahu pemikiran bahkan apa yang ada dalam hatiku.
aku tak bisa membuat orang2 diluar sana atau seseorang memahami apa yang kupikirkan dan aku lakukan, karena sejujur2nya hanya akan ada aku dan DIA saja yang tahu.

Ada pedih sesekali dalam diriku, menjadi yang terhempas seperti angin lalu. tapi itu tak apa.
karena segala sesuatu yang terjadi dalam hidupku, tak perlu kusesali...ini hanya sebuah perjalanan dariNYA untukku, dan sebuah tanda mata untuk hidupku. Tanda mata terindah.

mungkin, hari ini aku tak dapat mengerti apa yang terjadi dan kualami, tapi satu hari nanti semoga saja jadi ungkapan rasa syukurku yang terdalam dan kecintaanku kepada hidup

kenangkan selalu, jangan gantungkan hidup pada sebuah roman :)

Thanks God

Bandung, 27 Mei 2010 @my darkness room

celoteh : perjalanan di satu malming


Sendiri. Akhir minggu selalu menjadi berat untukku beberapa bulan kebelakang ini. Setidaknya bertahun, akhir minggu adalah waktu untukku menunggu atau mempersiapkan sekedar makan malam. Bilik bulan mungkin selalu mancatatatnya dalam bisu.

Tersadar. Aku memang sendiri saat jari-jari ku sibuk mengklik atau mengetik berbagai hal yang tak ada hubungannya dengan silam, apalagi dirimu. Telah kujanjikan pada mataku untuk beristirahat bersama dalam kembara silam, karena hanya akan ada ceruk menghitam dan selebihnya kami akan menahun getir rindu bersama untuk waktu yang berjam-jam. Dan aku, terlalu lelah untuk terperangkap lagi dan lagi. Padaku, hanya akan ada intermezo yang absurd.

Malam itu sepi. Ku coba berjalan pada kembara diriku sendiri, untuk hari ini maupun nanti. Ku biarkan banyak pilihan untuk sebuah jalan melintas di layar leptopku dan pada diriku aku berkata "langit terasing, tunggu aku kembali, takkan ada yang kulepaskan untuk satu hutang kehidupan di atas sebuah pengorbanan". Tapi tiba saja aku tersedak dengan katakataku sendiri saat seketika aku sadar, semua tak sama seperti dua tahun yang lalu ketika aku mengejar tanah tak bertuah itu untuk satu alasan dan alasan lain

Tengah malam. Masih aku mencoba untuk tak banyak bicara, tiba saja kubuat status di yahoo massangerku "aku adalah aku, masih dalam pertapaan sepi". Bukankah memang sedari tadi aku mengasingkan diri dalam sebuah kesenyapan yang masih sisa penginggalan hari yang lalu.

Kawan. Akhirnya seseorang menyapaku dengan nada riang, dan sukses dia membuatku tertawa, tersenyum dan masih membuatku akhirnya bercanda dalam ruang maya yang masih sama sebetulnya kurasa, hampa. Sesaat gelak tawa ini memang mencairkan kebekuan gerimis malam. beberpa lama kemudian sahabatku berkata "kak, aku ngantuk...tak apa kakak aku tinggal?". Aku hanya bisa tersenyum bahwa aku tiba saja merasa benar aku tak sendiri, tapi sekaligus mata ini berkaca sambil berfikir, setelah ini apa lagi yang akan kulakukan?. Kuijinkan sahabatku ke alam mimpinya, dan aku kembali pada bacaanku tentang seorang prajurit timah dengan satu kaki.

Laman. Ku buka laman hijau hanya untuk iseng, dan kurasa iseng yang tak seharusnya. sekelebat kulihat lagi avatarmu sedang berjejak disana. Tiba saja menyeret ingtanku pada bulan Mei yang sama dua tahun lalu, saat aku mendeklarasaikan mimpiku ingin menjadi seorang penulis, sama sepertimu, mungkin. Kembali beku, moodku terseret dalam bingar hening.

Mundur. Kututup saja laman itu sebelum aku tenggelam jauh kembali ke kedalaman yang natinya hanya akan membuatku mengingkari janji pada mataku. Kucoba menulis satu labirin yang memang kusiapkan untuk menutup kisah ini lalu ku biarkan jariku menari, tanpa ada pemikiran kata, diksi, matafora atau tipografpuitika. Kulapas jari ini hingga aku cukup puas dan bisa memejamkan mata.

Pagi, aku terbangun dalam ruang kamarku ketika tak ada siapapun disini. Tak ada suara, tak ada orang dan hanya ada rerintik gerimis yang masih juga tak usai entah bercerita apa. Blank...kutahu aku terbangun dengan rasa lelah yang sama saat aku memejamkan mata. Dalam hati "tak bisakah aku menikmati sebentar saja lelapku menjadi berguna".

Gelap. Ruang ini memang gelap dan ku temukan diriku meringkuk diatas pembaringan dengan rasa dingin yang menjalar hingga ujungujung kuku. Dengan rasa ingin menangis walah entah kenapa. Kuambil handphone ku dan ku coba tuliskan beberapa bait sajak tentang apapun yang terbersit dalam benakku. Tanpa sadar memang sekali lagi harus ada airmata yang entah untuk apa dan mengapa, bukankah aku sedang mencoba melepaskan semua sedih ini semua luka dan kepedihan ini dengan indah.

Pelan kucoba biarkan kepingan ingatan ini mengingat apa yang dia mau. Mencoba ku menerima beberapa flashback yang selama ini selalu ku hindari dengan harap aku tak tersakiti, kucoba menghela nafas beberapa lagi sambil sesekali kukatakan "Tuhan, jika memang aku juga pernah melukainya dengan caraku, maukah kau mengampuniku sekalipun ku lalukan ini sebagai pembelaan diri". Ku tahu, akan ada dendam di hatinya sama seperti yang aku rasakan, tapi apa benar dia mau atau telah memupusnya saat kata maaf terlontar dari mulutnya? sementara aku disini berjuang keras untuk memupus rindu dendam yang menyiksaku.

Kubiarkan diriku sesaat dan mencoba membawa diriku ke alam kesadaran utuh, dan terus membilang "Wahai Tuhan, apa yang harus aku lakukan?" berkali kuucapkan kalimat itu sampai akhirnya aku menuliskan : dan aku akan menyimpannya sebagai doa yang tak kunjung usai, pada apa yang telah pergi dan akan pergi semua itu adalah reliku yang terpahat, tanpa pernah ingin kuingat sakitnya.seperti kataku dulu "aku hanya ingin mengenalkanmu sebuah kasih, semoga aku tak gagal pun setelah ini dalam sebentuk pengampunan - aku tetap mengasihimu"

Bandung, 16 Mei 2010 @home

@dan 2 hari kemarin, mungkin sahabatku diatas menegaskan sesuatu yang benar adanya, mengapa harus ada penyesalan yang datang terlambat atau tak seharusnya. ada hal2 yang harus aku terima meski itu memang menyakitkan ketika kenyataan itu berbicara fakta sebuah realita ^^
Untuk ditektif usil yang selalu membuat aku bisa tertawa tengah malam, terimakasih ku untukmu yah...(kebodohan yang terlambat disadari xixixix ^^ ) 19052010 - 3.59


posted @http://simplyhapinessme.multiply.com/journal/item/144/celoteh_perjalanan_semalam_hingga_tadi

Memorabilia Halaman HIjau


/1/
aku, datang pada lelah
terkata terbata, tersurat
rebah demi arah yang tercatat
segurat memoar pena
: kata

/2/
dari lalu aku beranjak
sulam masa tiada beda hanya lain
lalu, kata menitis jejak ada
analogi berkias, rerupa tersirat
: puisi

/3/
setiba memberat rasa
baitbait, bertaut asa tiada lain
adalah cinta, bermula kisah
tadah bilurbilur airmata
: rindu

Mei datang lagi pada dua almanak usang, bulan berulang halaman ini masih tetap hijau, meski tak sama. Adaku, adamu, adanya kita dan mereka dalam lelah peluh kediaman sang mungkin. Kenangkan sahabat...
:kemudian


notes: gara2 berceloteh dengan kudo, jadi kangen masa2 di kemudian.com dulu. ternyata, kulihat udah 2 tahun aku warawiri disana. dan banyak hal yang aku dapat dari sana, teman, persahabatan, persaudaraan, dan cinta...atau bahkan luka. tapi tanpa itu semua dan tanpa mereka yang pernah hadir selama pengembaraanku di kkom maka aku tidak akan berpuisi ^^

Bandung, 16 Mei 2010 @home, dinginnya malam yang basah karena gerimis, ah...lagi2 gerimis... T.T

Selasa, 11 Mei 2010

Haiku-Haimu (Intermezo)

/1/

angin berkisah
lanskap langit yang sama
saling terasing

endapkan dua monolog, dalam dimensi biru

/2/
resah terdiam
di gurat warna senja
episodeku

jiwa di asa terendap absurditas, letih

/3/
luna separuh
kian bayang menghilang
mengendap lara

malam jatuh pada interval keterasingan yang sama

/4/
subuh nan sepi
intermezo gerimis
bercermin diri

silam itu aku, esok tetap aku,
endapkan sebuah nama - untuk kepulangan

Kamis, 06 Mei 2010

Gerimis di Februari

/1/

bisakah kau, ampuni
bunda yang gagal dan,
ayah yang terjagal
sesal
: dua pengecut berwajah bengal berbait cinta

/2/

serah senyawa hidup
bilah beku, hati terbelah
menyerah
: resah kebaikan dusta atas gerimis

/3/

februari dingin,
tangis puisi, mengais miris
tiris riwayat sebilah sepi
: selaksa dera hitung usia

Airmata tak dikenal, sebetuk langgam rindu dalam serat pembuluh darahku
Di relung ternisan, yang tak bernama di rahim hujan
: padamu - berhutang satu kehidupan


*bang, maaf masih mengeja kisah ini berkali lagi dan lagi....hiks, membuka puisi ttg gerimis di februari, dan ingin saya hanya melanjutka saja T__T"

Bandung, 7 Mei 2010

Selasa, 04 Mei 2010


(sebetulnya terinspirasi puisiku kurang lebih setahun yang lalu dengan judul sama)

hujan merambat
lupa langit dan awan
sulam ingatan

penyamun mimpi selalu datang ketika dini

===============================================================

(yang tertinggal di satu februari yang biru)

pagi membeku
deras hujan menderu
: ke penjagalan

linang airmata takkan menghapus dosaku - maaf ku hatur

***

langit kelabu
samsara tak bertuah
:buah cintaku

keajaiban, ku pupus sebelum bertumbuh

***

februari ku
terkenang haru biru
relung ternisan

adamu, rahim hujanku selamanya -tak terganti

celoteh subuh : catatan kecil ^^

hanya kumpulan catatan ku yang ku buat di fesbuk ^^ , kurasa tak ada salahnya di simpan juga

/1/ 01052010 03.07

wahai tuan... entah mengapa mata ini selalu bertandang ke negri barumu, entah sebatas jejak yang kutunggu atau aku yang tersesat lupa membaca arah angin? hingga selalu hatiku mencarimu dalam berlembar sajak rindu yang bisu, ah sudahlan jangan tanya lagi aku ini kenapa...^^

/2/ 01052010 19.02

terkadang, gemerisik daun jatuh di pekarangan rumahku, menjadi pertanda bahwa masih ada rindu yang luruh akan sebuah rasa yang selalu menghadirkan dua hal yang berlawanan untukku - cinta, dan keterasingan

/3/ 02052010 00.19

senyawa dalam rahim hujan disatu februari yang basah,
bingar sepi ini menjadi utuh - hanya ada aku dan hatiku.

Andai aku bukan pengecut (tapi aku memang pengecut)
:maka aku bukan satu, melainkan dua

/4/ 02052010 16.08

(tiba2 keingetan lagunya Jagostu) Mau tak mau ku harus/Melanjutkan yang tersisa/Meski semua telah berbeda/Dan tak akan pernah ada yang sama/Semoga angin berhembus/Membawakan mimpi baru/Meski ku tahu takkan pernah ada/Yang sanggup mengganti keindahannya (dan jadi keingetan puisinya ^^, semoga orang nya gak tau)

/5/ 03052010 22.36

Wahai Tuhan, aku ingin pergi dari sepi yang kurasa menyakitkan, sungguh bantulah aku menyulam kenangan ini tanpa rasa sakit sedikitpun,kuingin hanya lengkung terbuka sebagai penanda, bahwa aku rela, aku ikhlas melepas semua pedih ini ke tanganMU - kumohon....

/6/ 04052010 14.35

yang kutahu, bahwa rindu itu akan kembali menyentuh langit, kesementaraan yang akan berulang dalam rentang jarak dan bilangan waktu. aku hanya akan duduk manis sambil menunggunya lagi, dan lagi. seperti aku menunggu pagi.

/7/ 04052010

kurasa, masih ada seeorang yang terlalu dangkal menilaiku, kamu salah! tapi tak masalah buatku, aku hidup bukan dari penilaian sesaat dan seribu sumbangsih pengasihan wajah, aku adalah aku yang mereguk setiap tetes rindu kehidupan untuk satu kepulangan - doa

/8/ 04052010

tidak buta atau menjadi buta, aku tidak takut untuk terlalu takut, aku tidak tuli untuk menjadi tuli, tapi cukuplah aku mencari lamanku sendiri, mencari sekeping rindu dalam sebuah gazal ^^ (menjaga hati lebih baik ternyata, dan ketidaktahuan itu juga lebih baik, masih terlalu banyak hal indah untuk kumengerti kebanding panggung semata entah...)

Rabu, 28 April 2010

Haiku - Rindu

-Ambigu Rindu-

langit kelabu
gerimis jatuh luruh
ambigu rindu

seribu kenangan menikam ufuk pilu

======

-Tiga Jejak Rindu-

lembayung senja
di ufuk cakrawala
hasratku rindu

pada satu jumpa kukecup semoga


======

terik mengubun
tanah kerontang kering
pencinta rindu

empatperlima jejak jalangku terpahat

======

kelamnya hening
dini hari membayang
rindu menahun

seperlima jejak kepulangan untuk satu - HIDUP

Adanya (Kasih)


:dedicate to - tuan bait aksara yang jauh disana, (aku berterimahkasih pada Tuhan untuk semua ini, ada makna lebih dari yang kau tau)

Adamu, adalah gemerisik sunyi . Berbisik hembus katakata pada jiwa yang tak lagi tinggal diam mencatat jejak bayang nyata pada samsara fana


Adaku, catatan hening yang selalu menahun kerinduan di sepertiga malam. Setia menunggui ingatan seumur jantung yang berdetak .

Perjumpaan, mungkin hanyalah sebuah titik takdir. Menyapa ruang semu, paras maya, dalam melodia katakata yang terkadang tak sampai makna, tak sampai nalar - Bias.


Sekat senyap ,kemas setatap nanar mata antara keinginan dan kejujuran. Pun tetap akan berujung muara harap atau juga hasrat. Kau, aku, kita atau? meski ku tahu ringkih batin tersesat kusut adanya belantara nyata – tiada kupungkiri


Jika, percaya kau sebut arti di kening yang kau kecup asa, maka dalam ruang rindu biarkan kutampung sealiran kasih yang kusebut sayang. Rasa yang abstrak, tapi itulah kurasa keping kehidupan nyata yang ingin kubagi – untukmu, penanda jejak bahwa ini tak pernah maya adanya

: untuk semoga…

***

notes:


Kepercayaan memang tidak jatuh dari langit, tapi kepercayaan itu sebuah proses dan musti dipupuk.


Aku mau meminjam katakata dari Kak Sam (tepatnya dari kakaknya kak Sam, halah, beribet deh , begini (kurasa itu penggalam puisi) :
bahwa mempercayai seseorang itu
sama seperti menyerahkan pedang ke tangannya dan menaruh leher kita di pedang itu
-Jules Elisa Frits Lumankun (JEFL)-


tadinya, aku hanya berniat menggabungkan 2 puisi bersambung ^^, tapi sepertinya entah jadi puisi atau apa aku juga binun heheh. Yang pasti, memeram tulisan ini selama 2 hari cukup membuatku berfikir satu hal, apapun bentuk sebuah hubungan (teman, sahabat, pacar, atau keluarga) dan apapun medianya nyata atau maya, memang adanya tumbuh dari satu rasa percaya (meski percaya itu memiliki resiko tersendiri, tapi setidaknya kita tidak menjadi pengecut, karena telah mempercayai seseorang).


***
Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu.
Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.

Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri.
Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.

Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih

Kasih tidak berkesudahan


Bandung, 29 April 2010 @Home - 2.24 AM

Selasa, 27 April 2010

celoteh siang : hatiku pilu

satu siang di jalanan kita Bandung:

Tak ada yang berubah banyak dari wujud kota ini, masih sama seperti dulu. Hiruk pikuk jalanan yang penuh kendaraan di siang hari, beragam warna angkot yang berbagai jurusan menunggu penumpang di hadapanku. Jalanan yang tak selebar ibu kota, dan nyanyian pengamen jalanan di setiap lampu merah. Tak ada yang yang membuat mataku terperanjat ataupun heran, masih sama dengan aroma jejak angin yang sama - kenangan.

Yang tetap sama adalah aku, caraku memandang wajah hari kota ini - letih. Dan ketika pandangan mataku mencoba meraup segala yang terlihat di jalanan yang sedang kususuri ini

Tuan, apa kau tau, dari pojokan kafe ini aku berlindung dari derasnya hujan yang mampir di kedua pulupuk mataku; tapi tidak membuat ku terlindung dari rasa sakit, pedih, perih yang masih tetap sama seakan tak lekang oleh buliran waktu. Mengapa terasa seperti ini? Tuan, kau tahu, seketika saja aku ingin berlari pulang dan menjauh dari jalanan ini. Bila mungkin, satu pelukan saja bisa membuatku merasa tenang.

:tapi itu hanya andai....


celoteh siang : mendung


kepada tuan,

jejak langitku begitu kelabu
tunggu sisa gerimis sematkan rindu

adakah kau terima?

Bandung, 27 April 2010, sent to somewhere @ : 14:01:41
(celoteh siang yang ge-je heheheheh ^^v)

Minggu, 18 April 2010

teruntuk waktu


teruntuk waktu,
semakin menua pedal ini kukayuh
membayang jejak , jalan ambigu
:jeruji sunyi

jika,
kumpar searah , tiada
lepas layang hilang
ingin kukembalikan
segala ingat
:kepada HIDUP

Adanya


adamu, adalah semu
laman tatap jiwa
catat aksara

adaku, timpang rindu
mimpi satu sisi
sajak patah

adanya kita, senyap
raung batin, ruang kosong
berantah jika
setatap saja
adalah jawab

.......

hanya berandai, tanpa pupus harap
di kening, cukup aku ukir
percaya

tanda mata

sesak hanya risalah
dan rindu adalah resah
desah kisah, ratap
sempurna luka
cabik terindah
tanda mata
: hidup

Pasti Terluka

Dan malam, hanyalah selimut kelam, sebuah siluet di balik tirai mimpi – di atas gelak tawa dalam riang, atau isak tangis kala nestapa. Lalu ku bertanya, untuk apa kukenang semua canda dan sedu sedan ini? Mengetuk pintu kenangan, sambil mencari sedikit celah harap. Ah...sebenarnya siapa yang peduli?

Lalu tak ada jawab di dalam sana, hanya ada hawa dingin menjalar ujung jemari hingga merasuki raga, mengasin bersama ingatan yang kepayahan tentang sebuah keberadaan semu, atau tepatnya ketiadaan yang nyata.

Lingkar kehidupan ini layaknya seperti sebuah labirin, yang mengukir tentang jejak sejarah berulang. Guratan surat di tangan, mungkin hanyalah skenario kehidupan yang tertinggal pada masa yang fana.

Bahwa kumparan waktu ini hanya berputar searah tanpa pernah mau ambil tahu tentang hal-hal yang tak selesai, ataupun sebaris makna dialog yang terlewat untuk di baca.

Akhirnya, malam ini dalam genang kenang air mata, dengan sepenuh kesadaran, kupastikan dalam hati bahwa aku, kita, sebagai pelaku tetap di atas pentas lakon yang pasti tak luput berkisah tentang luka.

Bandung 23 Maret 2010

*merombak sebuah puisi setahun yang lalu.


menunggu pagi


Apa yang terjadi dengan hatiku, ku masih disini menunggu pagi. Seakan letih tak menggangguku , ku masih terjaga menunggu pagi…..

......

aku, terjaga sepi
menunggu ujung bila penantian malam.

Lalu haruskan kau pertanyakan, hingga aku kebingungan menghabiskan sisa sepertiga malamku kali ini? Dialog-dialog menunggu pagi, yang kubaca berulang. Kita yang mengendapkan tanah hening, larut utuh bersama senyawa senyumku dalam lembar tatap matamu yang tetap sama tak bergeming.

Bila semua kemungkinan itu tetap membuahkan kejujuran, lalu percayaku akan keinginan dalam diri yang terus bergelut dengan logika yang hendak merapal mantra buah kata “kenapa”.
Sementara, setiap hal tentangmu, terus berdentang pecah di hening di dini hari, sepi.

Katamu "bila kubelah hatimu saat ini, apa yang akan aku temukan?”

.....

Entah….kapan, malam berhenti, temani aku masih menunggu pagi…pagi…

Seakan, aku menepis segala letih. Tanggalkan semua nalar yang sedikit tersisa di balik bilik kenangan yang mulai menggalkan aku perlahan – mungkin mereka bosan menghantuiku.

Pecah sepi….
Dalam hati apa yang harus kuterjemahkan ?
untukmu….

*dan kali ini, yang memberikan jejak aksara bait kata lain dalam catatanku. Apapun itu, biar itu karam di benak terdalam. Jangan titipkan semata luka untuk sebuah goresan yang telah kita buat (yang ada biar adanya tetap ada....hatiku akan tetap sama, meski samar)

*dan pinjem lagunya peterpan

keinginan atau kejujuran

Ingin ku titip pada hujan berlembar memoar lembar catatan yang semakin kuning, kisah yang tak seharusnya kubagi.

Alirkan jejak pupus, liris rerintik atap raga yang terlalu letih berpeluh butiran rindu tak sampai makna , tak sampai nalar.

Perlahan, ada yang mengeja barisan aksara pada dua bidang ruang jiwa yang kosong, pemuja sepi. Lalu ada senyap yang pecah dalam eksistensi hasrat yang meminta hak dan keberadaannya, meski sesat, meski tabu, tak seharusnya seperti itu.

Setatap mata yang tak sengaja kusampaikan

Katamu "matamu sayu, keinginan atau kejujuran? entah..."

Kataku dalam hati "apa beda dari keduanya, akan tetap sama tersandung pada nyata"

Yang menetes atas separuh jiwa, tergilas sepi
: dalam bungkam , mungkin aku hanya selir hati

Petualangan yang entah, gelap bukan? entah...

Sekiranya Memang Aku Datang

“kau tetap penghujung malam yang menitiskan semata cemas pada kepulangan rindu yang entah”

Akankah tetap sama, seperti pertama kali kita berjumpa. Kala sepenuh sajak yang menitipkan asa, maki, ataupun cinta yang kita kisahkan dalam berlembar catatan semu.

Jejak rindu yang kutepis berhari lalu, menorehkan nestapa di hati yang dahulu ingin selalu kubawa ke peraduanku kala peluh tiada tempat lagi untuk mengadu. Lalu aku menistakan jejak jalangku diatasnya, yang tiada berakhir di perih hingga nyeri ulu hati ini sekali lagi dan lagi.

Sekiranya memang aku datang ketika pandanganku begitu gelap. Ketika sedingin caci menghujam harga mati dikeningku yang tak mau lagi ambil tahu, aku memang tak mampu lagi melengkapkan waktu dalam ketiadaan.
Maka akulah si ilalang dungu

mari...

Mari, temani aku disini, memandang sesimpul senyum dari langit yang tanpa pesan tanpa kesan dalam, hanya buram.

Mari, duduk sini dekatku, temani aku membaca rindu yang gigil di tepi sejatinya malam tanpa secangkir kopi sebagai penanda jejak .

Mari, jangan jemu terjaga bersamaku, biar saja senyap melumat mimpi yang selalu hadirkan bayangan palsu dan tak seharusnya hadir.

Tetaplah di sini dan jangan pergi, biar saja hening merapal mantra menjadi katakata yang tak bisa lagi terucap di bibir yang gamang untuk mengucap selamat tinggal ataupun sesal.

Kubur Kisah


hari semakin menua di perantaraan waktu
mengubur kisah demi kisah
dalam ruang rindu yang masih sama hangat
kala tawa, berselang tangis
kala ego berulang
lalu, berjabat tangan dengan dusta

seribu tanya, mengawang rupa
ketika kau tak kunjung datang
pun waktu, titipkan sang mungkin
yang lahir dari segala dongeng sebelum tidur
tentang keajaiban dan hidup bahagia selamanya

kita, masih, merapal mimpi
yang terasing di seberang nyata
walau kita tahu semuanya semu
menghalalkannya hanyalah
;pilihan
memberi makna lebih dari sekedar dosa

mari, nisankan saja semuanya
marah, benci , dan kepedihan
berikut rindu dendam
terakhir,
cinta

stuck in my head

Hujan yang turun semalam, mengantarkan hawa dingin yang membekukan ujungujung jemari. Menarik ingatan tentang sebuah catatan kelam dan aku menggigil mendekap kenangan dengan sepenuh luka yang semakin perih ketika air mata tertumpah diatasnya.

Bisakah aku meninggalkan ini semua , tanpa harus melupakannya ?

Jika kini aku berada diantara masa lalu dan masa kini, maukah kau menolongku? Tolong tunjukan dimana letak masa depan itu berada? Karena aku tak ingin larut, terpuruk selalu diantaranya. Aku tak ingin kenangan jadi sebuah rantai kehidupan yang siasia meski memang tak selalu bermakna untuk terus dipegang.

i’m tired
everything seems like stuck in my head

hampa



Aku tidak pernah paham mengapa takdir begitu cemburu pada kita yang pernah berjumpa lewat perantaraan baitbait sajak dan menitipkan asa yang sama satu sama lain. Tidak juga ku mengerti apa artinya perjumpaan bila akhirnya menitipkan semata leluka yang pada akhirnya pupus teredam larut mengasin di perantaraan jarak.

“cinta, rasanya waktu itu sepertu hantu yang memburu kita hingga berlarian ke arah yang berbeda”

Seperti mimpi yang kehilangan satu sisi, aku mencoba mengadu sebentuk pemahaman tentang kata ”keyakinan” yang kerap kali kau ucapkan sebagai tanya ketika punggungku berlalu dari hadapanmu. Kau tahu, melafalkannya berulang hanya membuat rongga dada ku semakin sempit dan sesak, manakala kesadaranku menyentuh dinding ruang hati dan di sana aku temukan hanya hampa dalam ketiadaan yang begitu kosong

“seyakin kurasakan segenap asaku untuk menujumu, seyakin itu pula ketidakmungkinan mewujud rupanya dalam bahasa keyakinan itu sendiri”

Salam Kegelapan


kepada para pengelana malam kusampaikan salam kegelapan
pada nanar hati yang mencintai dekapan kelam

kebisuan mengirimkan kabarnya dari jeruji hening
hingga hampa yang tak kuasa menahan setajam caci

begitu dingin

Teruntuk Angkuh

tertunduk wajah pasi dalam remang cahaya
hanya menghidu aroma getir yang semakin menusuk
pada seraut geram yang membuahi amarah dan tanda
: kartu mati

tunggu secawan anggur tertumpah ruah
hingga angkuh menawar kemabukan yang ternama itu
sebagai tanda

: harga di keningku menjadi tiada!


rindu itu seperti kesunyian yang berbicara
tersembunyi dari balik syarafsyaraf ingatan

rindu itu aliran yang bermuara entah
pada hela nafas yang tergugu satuan masa

kemudian hanya bisa kembali berpulang
sebagai airmata

:doa

;;