Sabtu, 28 November 2009

Kisah Bintang Dhruva

(seorang pengelana malam memperkenalkan kisah ini ^^)

Pengarang : Cerita Rakyat

Di langit malam yang gelap, ada sebuah bintang yang tak pernah berpindah. Orang-orang menyebutnya Bintang Kutub. Bintang ini dapat menjadi pedoman untuk menetukan arah bagi para pelaut dan nelayan Di laut lepas. Di India, bintang ini disebut Bintang Dhruva.
Mengapa demikian? Begini ceritanya…
Pada jaman dahulu, hiduplah seorang anak bersama Dhruva. ia tinggal di tengah hutan bersama ibunya. Ibu Dhruva bernama Ratu Suniti. Ya! Dhruva memang putra mahkota seorang raja! Ayahnya bernama Raja Uttanapada.
Seharusnya Dhruva dan ibunya tinggal di dalam istana. Tapi, karena kedengkian seorang kerabat istana yang ingin anaknya kelak menjadi raja, Dhruva dan ibunya di usir dari istana.
Dalam kehidupannya, Dhruva sangat merindukan ayahnya. Tapi, tiap kali Ratu Suniti menghiburnya,
"Dhruva, anakku," kata Ratu Suniti. "Ada seorang ayah yang sangat menyayangimu. Kelak suatu hari nanti, kau akan bertemu dengannya."
"Siapa dia , Bu?" tanya Dhruva.
"Dia adalah Dewa Wishnu," jawab Ratu Suniti.
"Kapan saya bisa bertemu denganya, Bu?" tanya Dhruva lagi.
"Nanti, bila kau sudah dewasa dan menjadi orang yang bijaksana," sahut Ratu Suniti sambil membelai kepala Dhruva.
Dhruva termenung. Ia benar-benar merindukan seorang ayah! Beberapa bulan yang lalu, ia memang pergi ke istana. Tapi ia tidak bertemu dengan ayahnya. Ia malah bertemu dengan Suruchi, kerabat istana yang dengki itu. Suruchi langsung mengusir Dhruva. Dan dhruva pun kembali ke hutan.
"Saya tidak mau menunggu sampai jadi dewasa dan bijakasana, Bu," kata Dhruva kemudian. "Saya ingin bertemu dengan Dewa Wishnu sekarang."
Ratu Suniti mengetahui betapa kuatnya keinginan Dhruva.
"Anakku Dhruva," ucap Ratu Suniti akhirnya. "Kalau kau memang ingin bertemu Dewa Wishnu, pergilah. Tapi ingat, segera kembali ke sini begitu keinginanmu berkurang walau cuma sedikit."
Dhruva sangat berterima kasih atas kebijaksanaan ibunya. Ia kemudian pamit, lalu meninggalkan ibu dan gubuknya. Ia terus melangkah makin jauh masuk ke dalam hutan. Ya! Dhruva memang sangat ingin bertemu Dewa Wishnu! Berhari-hari Dhruva berjalan, tapi ia belum juga bertemu Dewa Wishnu.
Pada suatu malam, Dhruva merasa sangat lelah dan lapar. Ia berbaring di bawah sebuah pohon besar. Di tengah kegelapan itu, ia melamun. Terbayang di matanya wajah ibunya yang sedih dan kesepian tanpa dirinya. Tapi keinginan Dhruva tak pernah berkurang sedikit pun. Dan dalam kegelapan itu, tiba-tiba seseorang muncul di depan Dhruva. Orang itu adalah Narada yang bijaksana.
"Anak kecil, sedang apa kau malam-malam begini berada di tengah hutan?" tanya Narada.
Lalu Dhruva menceritakan keinginannya untuk bertemu Dewa Wishnu. Kepala Narada mengangguk-angguk begitu cerita Dhruva selesai.
"Kalau begitu, ikutlah denganku," kata Narada kemudian.
Sejak saat itu, Dhruva mengikuti Narada.
Narada mengajari Dhruva berdoa dan bertapa. Dhruva sangat tekun belajar bertapa. Ia duduk tak bergerak di atas batu, menutup matanya, kemudian memusatkan pikiran pada satu hal, yaitu Dewa Wishnu.
Suatu hari, terdengarlah suara, "Anaklku Dhruva, aku ada di sini."
Dhruva membuka matanya. Di depan Dhruva, berdirilah seorang laki-laki. Cahaya kemilau menyelimuti tubuh laki-laki itu. Saat itu juga Dhruva tahu bahwa doanya terkabul. Laki-laki itu adalah Dewa Wishnu. Dhruva sangat gembira.
"Anakku," kata Dewa Wishnu. "Kau sudah melakukan segala hal agar bisa bertemu denganku. Kau sudah memegang teguh keinginan itu, dan mengatasi semua rintangan yang menghadangmu. Nah, sekarang apa yang kau inginkan setelah bertemu denganku?"
"Dewa, saya sangat merindukan seorang ayah. Ibu saya berkata bahwa Dewa Wishnu-lah ayah yang terbaik di dunia ini. Saya ingin selalu dekat dengan Dewa," jawab Dhruva. "Selain itu, saya ingin Ibu saya kembali ke istana. Saya ingin Ibu saya bahagia, Dewa."
"Baiklah," sahut Dewa Wishnu. "Ibumu akan kembali ke istana, dan kau akan selalu dekat denganku."
Lalu Dewa Wishnu mengubah Dhruva menjadi sebuah bintang yang amat terang, dan meletakkannya di langit. Beberapa saat setelah Dhruva menjadi Bintang Kutub, datanglah utusan istana untuk menjemput Ratu Suniti, Ibu dhruva. Raja Uttanapada sudah mengetahui kedengkian Suruchi. Ratu Suniti pun kembali ke istana.
Bila malam tiba, Ratu Suniti selalu menyempatkan diri untuk melambaikan tangan ke arah Bintang Kutub, yang kemudian diketahuinya merupakan penjelmaan dari Dhruva. Dhruva pun membalas lambaian tangan itu dengan kerlipan yang indah.
Bintang Kutub itu tak pernah berpindah, tak seperti bintang-bintang lain yang selalu bergiliran untuk muncul di langit. Bintang Kutub itu ada sepanjang tahun, sebagai lambang keinginan yang begitu kuat, yaitu keinginan Dhruva bertemu dengan Dewa Wishnu.

Senin, 23 November 2009

catatan di siang bolong (lagi...)

: sky_von_kenway

masih menanti kabar, masih dibawah langit asingku yang begitu terik
masih mencoba mencerna sepersekian detik yang melintas sebatas ingatan
: apa benar yang dikatakan rindu tentang ku akan tetap sama esok hari?

lewat angin ingin kutitipkan juga rindu yang sama
memburu perjalanan mu yang semakin jauh
dan apa nanti kita semakin menjauh...

aku dan kamu masih teguh angkuh pada cerita lalu
tentang luka tentang setia, tentang airmata...

dan disini aku masih bertaruh utuh,
atas rindu dan kepercayaan yang telah kau titipkan

apakah akan sama?

PS : bagaimana dengan langit mu hari ini ?

Look What Love Has Done

( alv...i learn to trust you everyday ^^ )


: Patty smith

I woke up this morning feeling lonely

There's so much my heart just does not understand
There were times when nothing really mattered
But now I find I care too much
There's life in everything I touch

Look what love has done to me
I am not who I used to be
Everything is changing, now we'll never be the same
Look at what love has done to us
Will we ever learn to trust
We're running out of time, there's so little time
Baby look what love has done to me

Oh, yeah

Now it's late at night, I'm here without you
I'm trying to make my way to where you are
Can't you see, I'll still be here waiting
Can't you see, our two hearts were always meant to be as one

Look at what love has done to us
When will we ever learn to trust
We're running out of time, there's so little time, baby
Will you look what love has done to me

I'm calling out your name, baby
Calling out, calling out, yeah, yeah, yeah

Now look at what love has done to us
When will we ever learn to trust
We're running out of time
There's so, so little time, baby
Oh, look what love has done
Baby look what love has done to me

Look what love has done
Done to me


pesan singkat di siang bolong

to : my mr. last minutes (alvonzo aprilando ander)

jam begitu terasa memberat terseret bilangan waktu, dan kita sebut itu sebagai rindu di siang bolong yang menitipkan teriknya di ubun kepalamu

maka sebelum mataku terpejam mengais sisa mimpi yang belum selesai, ingin kutitipkan padamu sisa cerita kita...

: tentang kepercayaan

Sabtu, 21 November 2009

Percakapan Dua Hati

(ini sebenernya puisi ini hasil perbincangan sama bang dino, aku request puisi malah dia ngajak aku buat puisi. Thanks bang buat kesempatannya. puisi 2 bait ku dah di blender abis sama abang...jadi tambah semangat nulis lagi ^^ )

*Ditulis bersama Penyair Dino Umahuk

Sedikit kenang ingin kutorehkan di lembar hatimu sebagai catatan pelengkap dera
Tetapi kau mengirim cerita tentang tanah di benua seberang
Tentang pohon-pohon yang menebas dedaun pertanda salju segera berkunjung
Tentang sepenggal asa tak sempurna yang menggantung di ujung tanjung

Dan dingin yang menusuk sendi menambah rindu bagai sembilu
Sisa nafasmu kabarkan jua padaku tentang hari yang
kian semu
Sekalipun di dalamnya rindu terus membuhul luka membiru
Cinta adalah kamu dengan rindu yang terus mende
ru

Ternate- Jakarta, 21 November 2009



bayang kesetiaan

bagaimana kulebur diri bersama lelap mimpi
sementara di bayang dini hari,
masih ku mengadu akal pada waktu yang jemu

tak henti,
merapal yang tiada dalam ketiadaan

tentang catatan usang membingkai kenangan
serupa jalin ingatan yang menyusun kisahnya,
sendiri...

tentang kesetiaan dan airmata

gamang

belenggu,
pada bibir yang mengucap gamang
masih di hari yang sama

pun pada jiwa terpaku beku
lingkaran mati
: pilihan patah

jejak jalang - 2


setelah sekian tahun yang mungkin tertinggal haya sisa yang hangus oleh sebuah kebebasan sesat... tak pernah belajar dari sejarah berulang yang menapar kesekian kali...sisa...hanya beku air mata, yang menajamkan luka itu sendiri!!

langkah entah yang kesekian
waktu, tertinggal sang petualang
: jalang!

dan putih pun menghitamkan catatan
bidak hasrat bermain yang mengitar birahi
: budak!

catatan kelam menggurui kisah
memapar, menampar
: pilu

cermin ,
ujar seraut wajah palsu
: aku

;;