Jumat, 10 September 2010

Menjadi Gerimis

yang datang dan pergi selalu berulang

lalu apa rasanya menjadi gerimis?
tak lebih perempuan ini,
hanya bisa menyatu bersama dingin di ujung jemari
melayangkan imajinya pada sebuah melankolia
: keinginan

lalu tergenang, pada sajaksajak tentang gerimis
pada tetes demi tetes risalah hari yang kian basah
mengerang lelah penjuru hati, berpacu degup jantung
dan nanar tatap seakan terpenjara butiran yang jatuh
dari cakrawala kelabu
: seperti rindu

"lalu jika aku menjadi gerimis, maka aku adalah sebuah kebersamaan yang mengecup rindu menjadi berdenyut di penghujung hari bulan Juni. Melengkapi sejauh senyap berbisik kata nurani yang tersudut di gigil waktu"

begitu hangat bukan?


Bandung, 30 Juni 2010 *and thanks God untuk setiap indahnya tetes gerimis, di ujung hari. ^^
@ my room, ditemani musik instrumental Yiruma-kiss the rain (bella lullaby)

#thanks to Dimas "nugi" Suruwangi, membuat aku melayangkan jariku atas status fesbukku (ternyata jadi sebuah puisi , dan ini jawabanku ^^, mangap jika tak semulus bisanya, jemariku sedang agak kaku hehehe )

celoteh malam: hanya "sedikit" meracau

: kelam

setiba aku menelisik harap aku malah berpaling
masa nanti berkata dalam igau,
buihbuih yang meracau
bahkan tak lebih baik
dari caci maki

risaupun tiris di tepian senyap
menunggu terjamah
entah pada apa

dan, ku tunjuk saja rindu
: pada cemas, kurengkuh

tergugu pembilang hari, manalah ada yang abadi
: dari janji


(entah mengapa jadi mengingat seluruh pesan2 mu, dan kau benar)

Bandung, 27 Juni 2010
22.06 @my darkness room >.<

cukup tentang kasih


Sebagian diriku bertanya kala lonceng kegelapan berdentang tetang irama kesepian

Sesekali aku tercenung pekat kala menjabarkan alinea terdalam dari kata hati; dan kutahu itu benar, takkan kupungkiri adanya.

Ratap gelisah sesekali lewat, terkadang merapat di gigir waktu yang sempit sambil menuliskan beberapa tambahan keinginan, terkadang lebih bening daripada sebuah kejujuran – aku menginginkannya

Tapi apa yang akan tersisa dari masa kini ketika masa depan mengawangkan awanawan mimpi, beberapa alasan tentang harapan dan janji, tentang pertautan dua jemari. Benarkah kau? Benarkah itu aku?

Aku, hanya seorang perempuan yang tak ingin alpa tentang kata dari sebuah kesederhanaan, sekeping hati tersunyi persembahan keindahan, titipan kehidupan – meniadakan segala alasan, cukup tentang kasih.


Bandung, 25 Juni 2010 still@my darkness room ^^

MIssing Silence

















Perempuan rebah,
terjatuh pelupuk mata terusik
antara deru rindu dan rasa kantuk

Dia menandangi langit2 kamar,
menerawang seakan layangkan batin yg sedang meronta

Perempuan itu kehilangan hening,
meriuh gundah pada hari yg termatrai
hati di sebidang kata mati...

: sunyinya katakata

bandung, 22 juni 2010

menepi


Ada bagian jiwa, terendap di bening tempias menuju dini hari. Dan, kubawa yang terindah dari sepi sekeping rindu yang paling sunyi untuk kupeluk selalu dalam lambung kenangan - ku kecup jarak untuk sejauh masa bergulir

:padaku, romansa gerimis berujar tentang kesetiaan hening yang tak sempurna

Bandung, 22 Mei 2010

Kamis, 09 September 2010

Bahasa Rindu


Ada jeda, membendung tak terkira hasrat yang tesudut di ujung lidah. Serupa hari kemarin alpa membaca catatan terjatuh, antara realita titik koma dan ejaan : bahasa rindu yang terlupa, kita.

Bandung, 14 Juni 2010 @my darkness room, mengeja rasa kantuk

hanya sebuah celoteh sebelum tidur

setiap orang berhak mencari bahagianya sendiri, bahkan pemikirannya sendiri. entah dia ingin melupakan begitu saja semua yang terjadi seperti angin lalu.
setiap orang berhak menilai aku dari sudut pandang mereka, dan dari apa yang mereka tau , atau pun mereka merasa tahu pemikiran bahkan apa yang ada dalam hatiku.
aku tak bisa membuat orang2 diluar sana atau seseorang memahami apa yang kupikirkan dan aku lakukan, karena sejujur2nya hanya akan ada aku dan DIA saja yang tahu.

Ada pedih sesekali dalam diriku, menjadi yang terhempas seperti angin lalu. tapi itu tak apa.
karena segala sesuatu yang terjadi dalam hidupku, tak perlu kusesali...ini hanya sebuah perjalanan dariNYA untukku, dan sebuah tanda mata untuk hidupku. Tanda mata terindah.

mungkin, hari ini aku tak dapat mengerti apa yang terjadi dan kualami, tapi satu hari nanti semoga saja jadi ungkapan rasa syukurku yang terdalam dan kecintaanku kepada hidup

kenangkan selalu, jangan gantungkan hidup pada sebuah roman :)

Thanks God

Bandung, 27 Mei 2010 @my darkness room

celoteh : perjalanan di satu malming


Sendiri. Akhir minggu selalu menjadi berat untukku beberapa bulan kebelakang ini. Setidaknya bertahun, akhir minggu adalah waktu untukku menunggu atau mempersiapkan sekedar makan malam. Bilik bulan mungkin selalu mancatatatnya dalam bisu.

Tersadar. Aku memang sendiri saat jari-jari ku sibuk mengklik atau mengetik berbagai hal yang tak ada hubungannya dengan silam, apalagi dirimu. Telah kujanjikan pada mataku untuk beristirahat bersama dalam kembara silam, karena hanya akan ada ceruk menghitam dan selebihnya kami akan menahun getir rindu bersama untuk waktu yang berjam-jam. Dan aku, terlalu lelah untuk terperangkap lagi dan lagi. Padaku, hanya akan ada intermezo yang absurd.

Malam itu sepi. Ku coba berjalan pada kembara diriku sendiri, untuk hari ini maupun nanti. Ku biarkan banyak pilihan untuk sebuah jalan melintas di layar leptopku dan pada diriku aku berkata "langit terasing, tunggu aku kembali, takkan ada yang kulepaskan untuk satu hutang kehidupan di atas sebuah pengorbanan". Tapi tiba saja aku tersedak dengan katakataku sendiri saat seketika aku sadar, semua tak sama seperti dua tahun yang lalu ketika aku mengejar tanah tak bertuah itu untuk satu alasan dan alasan lain

Tengah malam. Masih aku mencoba untuk tak banyak bicara, tiba saja kubuat status di yahoo massangerku "aku adalah aku, masih dalam pertapaan sepi". Bukankah memang sedari tadi aku mengasingkan diri dalam sebuah kesenyapan yang masih sisa penginggalan hari yang lalu.

Kawan. Akhirnya seseorang menyapaku dengan nada riang, dan sukses dia membuatku tertawa, tersenyum dan masih membuatku akhirnya bercanda dalam ruang maya yang masih sama sebetulnya kurasa, hampa. Sesaat gelak tawa ini memang mencairkan kebekuan gerimis malam. beberpa lama kemudian sahabatku berkata "kak, aku ngantuk...tak apa kakak aku tinggal?". Aku hanya bisa tersenyum bahwa aku tiba saja merasa benar aku tak sendiri, tapi sekaligus mata ini berkaca sambil berfikir, setelah ini apa lagi yang akan kulakukan?. Kuijinkan sahabatku ke alam mimpinya, dan aku kembali pada bacaanku tentang seorang prajurit timah dengan satu kaki.

Laman. Ku buka laman hijau hanya untuk iseng, dan kurasa iseng yang tak seharusnya. sekelebat kulihat lagi avatarmu sedang berjejak disana. Tiba saja menyeret ingtanku pada bulan Mei yang sama dua tahun lalu, saat aku mendeklarasaikan mimpiku ingin menjadi seorang penulis, sama sepertimu, mungkin. Kembali beku, moodku terseret dalam bingar hening.

Mundur. Kututup saja laman itu sebelum aku tenggelam jauh kembali ke kedalaman yang natinya hanya akan membuatku mengingkari janji pada mataku. Kucoba menulis satu labirin yang memang kusiapkan untuk menutup kisah ini lalu ku biarkan jariku menari, tanpa ada pemikiran kata, diksi, matafora atau tipografpuitika. Kulapas jari ini hingga aku cukup puas dan bisa memejamkan mata.

Pagi, aku terbangun dalam ruang kamarku ketika tak ada siapapun disini. Tak ada suara, tak ada orang dan hanya ada rerintik gerimis yang masih juga tak usai entah bercerita apa. Blank...kutahu aku terbangun dengan rasa lelah yang sama saat aku memejamkan mata. Dalam hati "tak bisakah aku menikmati sebentar saja lelapku menjadi berguna".

Gelap. Ruang ini memang gelap dan ku temukan diriku meringkuk diatas pembaringan dengan rasa dingin yang menjalar hingga ujungujung kuku. Dengan rasa ingin menangis walah entah kenapa. Kuambil handphone ku dan ku coba tuliskan beberapa bait sajak tentang apapun yang terbersit dalam benakku. Tanpa sadar memang sekali lagi harus ada airmata yang entah untuk apa dan mengapa, bukankah aku sedang mencoba melepaskan semua sedih ini semua luka dan kepedihan ini dengan indah.

Pelan kucoba biarkan kepingan ingatan ini mengingat apa yang dia mau. Mencoba ku menerima beberapa flashback yang selama ini selalu ku hindari dengan harap aku tak tersakiti, kucoba menghela nafas beberapa lagi sambil sesekali kukatakan "Tuhan, jika memang aku juga pernah melukainya dengan caraku, maukah kau mengampuniku sekalipun ku lalukan ini sebagai pembelaan diri". Ku tahu, akan ada dendam di hatinya sama seperti yang aku rasakan, tapi apa benar dia mau atau telah memupusnya saat kata maaf terlontar dari mulutnya? sementara aku disini berjuang keras untuk memupus rindu dendam yang menyiksaku.

Kubiarkan diriku sesaat dan mencoba membawa diriku ke alam kesadaran utuh, dan terus membilang "Wahai Tuhan, apa yang harus aku lakukan?" berkali kuucapkan kalimat itu sampai akhirnya aku menuliskan : dan aku akan menyimpannya sebagai doa yang tak kunjung usai, pada apa yang telah pergi dan akan pergi semua itu adalah reliku yang terpahat, tanpa pernah ingin kuingat sakitnya.seperti kataku dulu "aku hanya ingin mengenalkanmu sebuah kasih, semoga aku tak gagal pun setelah ini dalam sebentuk pengampunan - aku tetap mengasihimu"

Bandung, 16 Mei 2010 @home

@dan 2 hari kemarin, mungkin sahabatku diatas menegaskan sesuatu yang benar adanya, mengapa harus ada penyesalan yang datang terlambat atau tak seharusnya. ada hal2 yang harus aku terima meski itu memang menyakitkan ketika kenyataan itu berbicara fakta sebuah realita ^^
Untuk ditektif usil yang selalu membuat aku bisa tertawa tengah malam, terimakasih ku untukmu yah...(kebodohan yang terlambat disadari xixixix ^^ ) 19052010 - 3.59


posted @http://simplyhapinessme.multiply.com/journal/item/144/celoteh_perjalanan_semalam_hingga_tadi

Memorabilia Halaman HIjau


/1/
aku, datang pada lelah
terkata terbata, tersurat
rebah demi arah yang tercatat
segurat memoar pena
: kata

/2/
dari lalu aku beranjak
sulam masa tiada beda hanya lain
lalu, kata menitis jejak ada
analogi berkias, rerupa tersirat
: puisi

/3/
setiba memberat rasa
baitbait, bertaut asa tiada lain
adalah cinta, bermula kisah
tadah bilurbilur airmata
: rindu

Mei datang lagi pada dua almanak usang, bulan berulang halaman ini masih tetap hijau, meski tak sama. Adaku, adamu, adanya kita dan mereka dalam lelah peluh kediaman sang mungkin. Kenangkan sahabat...
:kemudian


notes: gara2 berceloteh dengan kudo, jadi kangen masa2 di kemudian.com dulu. ternyata, kulihat udah 2 tahun aku warawiri disana. dan banyak hal yang aku dapat dari sana, teman, persahabatan, persaudaraan, dan cinta...atau bahkan luka. tapi tanpa itu semua dan tanpa mereka yang pernah hadir selama pengembaraanku di kkom maka aku tidak akan berpuisi ^^

Bandung, 16 Mei 2010 @home, dinginnya malam yang basah karena gerimis, ah...lagi2 gerimis... T.T

;;