Jumat, 10 September 2010

Menjadi Gerimis

yang datang dan pergi selalu berulang

lalu apa rasanya menjadi gerimis?
tak lebih perempuan ini,
hanya bisa menyatu bersama dingin di ujung jemari
melayangkan imajinya pada sebuah melankolia
: keinginan

lalu tergenang, pada sajaksajak tentang gerimis
pada tetes demi tetes risalah hari yang kian basah
mengerang lelah penjuru hati, berpacu degup jantung
dan nanar tatap seakan terpenjara butiran yang jatuh
dari cakrawala kelabu
: seperti rindu

"lalu jika aku menjadi gerimis, maka aku adalah sebuah kebersamaan yang mengecup rindu menjadi berdenyut di penghujung hari bulan Juni. Melengkapi sejauh senyap berbisik kata nurani yang tersudut di gigil waktu"

begitu hangat bukan?


Bandung, 30 Juni 2010 *and thanks God untuk setiap indahnya tetes gerimis, di ujung hari. ^^
@ my room, ditemani musik instrumental Yiruma-kiss the rain (bella lullaby)

#thanks to Dimas "nugi" Suruwangi, membuat aku melayangkan jariku atas status fesbukku (ternyata jadi sebuah puisi , dan ini jawabanku ^^, mangap jika tak semulus bisanya, jemariku sedang agak kaku hehehe )

0 Comments:

Post a Comment