Jumat, 10 September 2010
Sebagian diriku bertanya kala lonceng kegelapan berdentang tetang irama kesepian
Sesekali aku tercenung pekat kala menjabarkan alinea terdalam dari kata hati; dan kutahu itu benar, takkan kupungkiri adanya.
Ratap gelisah sesekali lewat, terkadang merapat di gigir waktu yang sempit sambil menuliskan beberapa tambahan keinginan, terkadang lebih bening daripada sebuah kejujuran – aku menginginkannya
Tapi apa yang akan tersisa dari masa kini ketika masa depan mengawangkan awanawan mimpi, beberapa alasan tentang harapan dan janji, tentang pertautan dua jemari. Benarkah kau? Benarkah itu aku?
Aku, hanya seorang perempuan yang tak ingin alpa tentang kata dari sebuah kesederhanaan, sekeping hati tersunyi persembahan keindahan, titipan kehidupan – meniadakan segala alasan, cukup tentang kasih.
Bandung, 25 Juni 2010 still@my darkness room ^^
Sesekali aku tercenung pekat kala menjabarkan alinea terdalam dari kata hati; dan kutahu itu benar, takkan kupungkiri adanya.
Ratap gelisah sesekali lewat, terkadang merapat di gigir waktu yang sempit sambil menuliskan beberapa tambahan keinginan, terkadang lebih bening daripada sebuah kejujuran – aku menginginkannya
Tapi apa yang akan tersisa dari masa kini ketika masa depan mengawangkan awanawan mimpi, beberapa alasan tentang harapan dan janji, tentang pertautan dua jemari. Benarkah kau? Benarkah itu aku?
Aku, hanya seorang perempuan yang tak ingin alpa tentang kata dari sebuah kesederhanaan, sekeping hati tersunyi persembahan keindahan, titipan kehidupan – meniadakan segala alasan, cukup tentang kasih.
Bandung, 25 Juni 2010 still@my darkness room ^^
Label: prosa
0 Comments:
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)