Senin, 29 Juni 2009
Hariku terbilang senyap dalam dekap bayang rindu, ketika potret usang
berkisah mengeja senyuman cantik, yang selalu saja memanggil kenangan
Sementara aku terus saja berjuang menulis larik yang terus saja patah
dalam buliran air mata di kala langit semakin merah.
Selalu kudengar lirih suaranya, ketika kuat ingatan saling berpeluk
Dan dia pun selalu berkata "kapan kau pulang?"
Titik-titik bisu seketika meraga, lebur dalam hening yang tak bisa kujawab apalagi kuraba
Bergetar bibirku hanya dapat berkata "bersabarlah, aku akan segera pulang"
Label: puisi
0 Comments:
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)